Naik naik kepuncak gunung…
Tinggi tinggi sekali….
Ya..penggalan
bait lagu anak-anak yang diciptakan Ibu Soed ini, bak mimpi di alam nyata saya.
Tak terbayang oleh saya penggalan bait lagu anak-anak yang sering dinyanyikan
pada massa itu menjadi kenyataan. Diumur yang beranjak 22 tahun, saya bisa menginjakkan kaki di puncak gunung merapi
yang terletak di Sumbar (sumatera barat). Dikeluarga saya tidak ada yang
memiliki beground pendaki gunung (petualang), itu artinya saya adalah keluarga
pertama di keluarga yang pernah mendaki gunung, hahhah.. Gunung yang saya daki ini
sering digunakan untuk pendakian bagi pencinta alam. Secara geografis gunung
ini terletak antara Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Agam dan Kotamadya Padang
Panjang. Disebalah terdapat gunung Singgalang dan Gunung Tandikek, dengan ketinggian 2.891 Mdpl.
Pertualangan
ini sebenarnya direncanakan teman saya Zuhdi dan Angga, mereka sudah termasuk
senior dalam pendakian merapi, sudah berulang kali mereka naik turun gunung
ini. sebenarnya sudah lama saya ingin ikut mendaki gunung bersama mereka, namun
karena padatnya jam perkuliahan pada semester itu niat saya untuk ikut saya
urungkan. 17 agustus 2015, atau tepatnya disemester 8 akhirnya saya bisa menaklukkan
gunung itu. Senang sekali rasanya..hahhaha
(foto kiri), Angga, Afriadi, Zuhdi, Kiki. |
Okee…singkat
cerita sekitar jam 4 sore, kami bertiga sudah ngumpul di kos, (Saya, Kiki dan Angga)
zuhdi pada saat itu belum datang kabarnya ia harus menyelesaikan pekerjaan
kantornya. Zuhdi kuliah sambil kerja, jadi kami harus menunggu sebentar hingga ia
pulang. Sambil menunggu kami sempatkan untuk mengecek perlengkapan, seyum-senyum
kecil keluar dari wajah saya mengisyaratkan senang kalau akan berangkat
mendaki, dibenak saya gunung merapi sudah didepan mata, awan yang begitu tinggi
terbayang sudah dibawah, kata-kata yang mau dituliskan di kertas juga sudah terbayang,
pokoknya seru sekali rasanya khayalku. Lagi asik berkhayal gerimispun turun otomatis rasa pesimis saya datang, tidak
terbayang oleh saya seperti apa jadinya bila pertualangan yang saya idamkan
selama ini ditunda. “ kita tetap berangkat walaupun gerimis,” hibur Angga
kepada saya. Kata-kata Angga tadi sedikit menghibur saya, dalam hati saya
selalu berdo’a agar hujan reda.
Alhamdulillah hujanpun reda, zuhdi pun
sudah sampai di kost saya. Dengan mengucapkan Bismillah kami susuri jalan
menuju mimpi yang tak tertahankan. Hahahaha riang hati rasanya ketika sepeda
motor sudah meninggalkan kost. Kami berangkat sekitar jam setengah tujuh sore
dan sampai di payakumbuh jam 12 malam, cukup lama sih menurut pengendara yang gila membawa sepeda motor tapi itu
tidak masalah yang terpenting adalah selamat sampai tujuan. Di Payakumbuh kami
berhenti makan sebentar supaya cacing tidak mengamuk diperjalanan. Hahah..dan
perjalananpun kami lanjutkan hingga akhirnya kami sampai di pasar tanah datar.
Yaph kami sengaja berhenti di pasar ini untuk beristirahat sambil menunggu
pagi. Tikarpun kami bentangkan dan kami pun tidur, tapi saya tidak begitu
nyenyak tidurnya karena terbayang akan pendakian keesokan harinya, hahahhaha. Tapi
sebenarnya bukan karena itu juga tapi karena suhu yang sangat dingin bagi kulit
orang Riau.
Pagi pun tiba,
sekitar pukul 7 pagi kami langsung cus ke lokasi, Dari tempat parkiran, kami
berjalan kepesanggrahan. “Waduh baru sampai sini aja udah goyang ni lutut”,
canda saya dan kiki sambil tertawa. Angga menjelaskan bahwa perjalan kami belum
ada apa-apanya, alias masih jauh. Rasa pesimispun datang lagi di pikiran aku
dan kiki, maklum kami berdua adalah perdana dalam pendakian ini. namun dengan
tekat yang kuat kami berusaha sekuat tenaga untuk dapat menginjakkan kaki dipuncak
gunung yang sudah lama kami impikan. Langkah demi langkah kami jalani, pepohonan
menjulang, suara binatang hutan mengiringi pendakian kami.
Oya,..Ada yang
unik dalam menyapa sesama pendaki selama
pendakian ini, sapaan untuk para pendaki adalah pak untuk laki-laki dan ibuk
untuk perempuan walaupun pendaki itu umurnya dibawah kita. Katanya sih untuk
kesamaan derajat diantara para pendaki. Dalam mempraktekkannya saya sedikit
canggung, bahkan selalu ingin tertawa jika menyapa. Lucu gitu manggil anak SD
dengan sapaan Pak, Buk. Hehhehehe…mungkin sapaan seperti itu memang selalu di
gunakan untuk mendaki gunung di seluruh Indonesia kali ya, tapi nggak tau sih maklum masih perdana mendaki.
hehehehe
Di pertengahan
jalan cuaca sangat tidak bersahabat, pendakian perdana saya harus dihentikan
sebentar karena hujan, akhirnya dibawah akar-akar pohon kami jadikan tempat
berteduh. Suhu di tempat ini sangat dingin bagi kulit orang Riau, apalagi hujan
turun, rasa dinginpun makin menjadi-jadi. Saya dan zuhdi pun memutuskan untuk
berteduh dibawah akar-akar pohon yang tak begitu luas. Kira-kira satu meter persegi.
Bersama empat orang para pendaki lainnya.lumayan sempit sih tapi sedikit
menghangatkan.
Hujan pun reda
kami pun melanjutkan perjalanan, perlahan-lahan badan pun terasa lemas begitu
juga yang dirasakan zuhdi. Lapar pun mendera, yaa ternyata kami sudah salah langkah,
kami menyepelekan sarapan pagi. Alhasil badan pun lemas, kami putuskan untuk
makan mie instan. ini adalah pelajaran bagi kita yang selalu menyepelekan
sarapan pagi, sebenarnya sarapan tidak merugikan kita tapi menyehatkan kita. Apalagi
pada saat melakukan pendakian seperti saya, sarapan adalah bahan bakar yang
sangat diperlukan.
Perjalanan kami
lanjutkan, dengan sisa tenaga kami susuri medan terjal ini, rasa lemas diobati
zuhdi dan angga dengan mengatakan tinggal 30 menit lagi kami akan sampai di puncak. Tapi 30 menit berselang belum juga
sampai, merekapun menyemangati kami lagi dengan 30 menit lagi akan sampai,
beberapa kali mereka memotifasi kami. “ huhh..huhh..huuhhh suara nafas kami,
lelah rasanya.
Okeeehhh…sorakan
pendaki sangat jelas ditelinga, sewaktu-waktu mereka bersorak. Katanya sih
mereka bersorak karena pemandangan indah yang tertutupi kabut tebal muncul. Ahhh…rasanya
tak sabar untuk sampai di puncak. tak sabar melihat keindahan itu. Hahahah.. Dan akhirnya kami sampai dicadas,
cadas posisinya sudah tidak jauh dari puncak. Bebatuan gunung mendominasi
disini, pepohonan sudah tidak ada.
Memang suasana
di cadas saat itu diselimuti kabut, gunung singgalangpun tak tampak. Hanya
sesekali menampakan. Namun sedikit menarik karena seperti yang dikatakan tadi bila
pemandangan yang tertutupi kabut terlihat, Sorak gembira dan tepuk tanganpun
riuh diantara pendaki, kami bersama-sama menunggu moment indah itu.
Subhanallah indahnya negeri ini, bahagia
rasanya saya bisa menikmati alam yang indah dari ketinggian ini. walaupun kami
belum sampai puncak, rasa takjub dan senang sudah menyelimuti hati. Lelah yang
dirasakan tadi seketika hilang, pemandangan indah seperti ini bak obat lelah
mendaki tadi. Kami abadikan moment ini dengan berselfie ria…haaaahhhh rasa mau
berteriak dengan semua ini, senang rasanya.
Ada
yang bilang, dakilah gunung-gunung atau datangilah pantai-pantai mungkin kau
akan lebih mengerti hidup. Ya bisa jadi, dengan berada ditempat tinggi ini
terlihatlah betapa kecilnya kita. Bukan apa-apa, jadi tak ada yang patut di
sombongkan sedikitpun. Jika Tuhan berkehendak, ketika kami berada di puncak
bisa saja gunung itu meletus dan jadilah kami bagai anai-anai yang berterbangan.
Mendaki juga mengajarkan betapa tidak mudahnya mencapai tujuan atau mewujudkan
harapan kita. Butuh usaha dan perjuangan, akan banyak hambatan untuk
mencapainya baik dari diri sendiri maupun lingkungan. Namun ketika sudah sampai
di puncak, kita akan merasakan betapa indah hasilnya memang hasil tak akan
pernah mengkhianati usaha. Subhanallah..
Malam harinya juga
tak kalah indahnya, Karena malam itu bertepatan dengan ulang tahun tanah air
tercinta, Indonesia. pada detik-detik pergantian hari atau pada malam tanggal
16 agustus. Para pendaki merayakannya dengan berpesta kembang api. Sorak gembira
diantara pendaki sangat riuh. Malam itu selain
bintang, kembang api turut menghiasi langit. Yaahh malam itu sangat istimewa
bagi saya, sampai saya rela berlama-lama duduk diluar meski dingin dirasa dan
saya sempat merasakan kaki saya keram, beruntung ada teman diantara pendaki
membantu saya. Kiki, Angga dan zuhdi lebih memilih istirahat didalam tenda. Waahhh..takjub
saya dengan suasana seperti ini, diatas di hiasi kembang api, dibawah dihiasi
lampu kota padang panjang dan bukittinggi. Subhanallah…tak henti saya berucap.
Suatu saat aku
ingin menikmati keindahan seperti ini lagi, mudah-mudahan Allah mengabulkan itu
semua. Amiiinnn.
ArenaDomino Partner Terbaik Untuk Permainan Kartu Anda!
ReplyDeleteHalo Bos! Selamat Datang di ( arenakartu.org )
Arenadomino Situs Judi online terpercaya | Dominoqq | Poker online
Daftar Arenadomino, Link Alternatif Arenadomino Agen Poker dan Domino Judi Online Terpercaya Di Asia
Daftar Dan Mainkan Sekarang Juga 1 ID Untuk Semua Game
ArenaDomino Merupakan Salah Satu Situs Terbesar Yang Menyediakan 9 Permainan Judi Online Seperti Domino Online Poker Indonesia,AduQQ & Masih Banyak Lain nya,Disini Anda Akan Nyaman Bermain :)
Game Terbaru : Perang Baccarat !!!
Promo :
- Bonus Rollingan 0,5%, Setiap Senin
- Bonus Referral 20% (10%+10%), Seumur Hidup
Wa :+855964967353
Line : arena_01
WeChat : arenadomino
Yahoo! : arenadomino
Situs Login : arenakartu.org
Kini Hadir Deposit via Pulsa Telkomsel ( Online 24 Jam )
Min. DEPO & WD Rp 20.000,-
INFO PENTING !!!
Untuk Kenyamanan Deposit, SANGAT DISARANKAN Untuk Melihat Kembali Rekening Kami Yang Aktif Sebelum Melakukan DEPOSIT di Menu SETOR DANA.