LAMA MENGHILANG PERMAIN TRADISIONAL INI BOOMING KEMBALI

foto pribadi: serunya anak-anak Kampung ( Desa) Pinang Sebatang Barat, Tualang, Siak, Riau. bermain gasing.

Ada yang berbentuk seperti jantung, seperti piring terbang, kerucut, silinder dll. Yaa..Siapa yang tidak mengenal mainan yang satu ini, permainan memusing buah yang terbuat dari kayu ini namanya gasing. Permainan tradisional ini akhir-akhir ini banyak diminati masyarakat kampung ( Desa) Pinang Sebatang Barat, Tualang, Siak, Riau. Tidak hanya digemari anak-anak, permainan ini juga digemari kalangan tua. Ya mungkin mereka kalangan tua ingin mengenang masa-masa kecilnya dahulu yaa..hehhehe

Gasing Mombang

Gasing memiliki bentuk yang berbeda-beda di tiap daerah. Namun cara bermainnya tetap sama, yakni memutar gasing dengan benang nilon. Gasing dapat juga dimainkan beramai-ramai, biasanya masing-masing pemilik gasing akan mengadu gasing siapa yang paling lama berputar, atau bahkan mengadu dengan cara membenturkan dua buah gasing, siapa yang masih berputar setelah berbenturan, maka dialah yang menang. Bisa juga dimainkan secara beregu, regu pertama sebagai tukang tengkah( Tukang Adu) dan regu kedua yang menerima ditengkah ( di adu). Ada banyak cara maminkan permainan yang satu ini.

Foto Pribadi: Kelompok main kalangan orang tua

Okeehh..Di umur 22 tahun ini, saya baru mengenali cara permainan ini meski masih amatiran, hehhehe. Maklum permainan ini baru muncul selama saya hidup. Permainan gasing ini sempat digemari masyarakat disini, namun pada masa orang tua saya masih kecil dahulu, kebayang dong permainan ini sudah berpuluh-puluh tahun menghilang, wajar saja saya baru mengenalnya. Hehe.

Foto Pribadi: menunggu gasing berhenti

Munculnya permainan tradisional yang satu ini lagi membuat saya senang, tidak hanya dalam hal bermainnya namun saya bisa mengetahui permainan unik ini yang puluhan tahun menghilang. Sebenarnya permainan seperti inilah yang perlu digalakkan pada kalangan anak-anak, ada banyak manfaat dari permainan sederhana ini, selain bermanfaat bagi tubuh, permainan ini juga dapat meningkatkan konsentrasi dan kreatifitas. Satu lagi manfaat yang paling baik dari permainan ini yaitu meningkatkan rasa kekeluargaan diantara satu sama lain. Ada kecerian, ada canda tawa di banyak orang. Sangat berbeda dengan era globalisasi sekarang, permainan bermunculan namun dalam bentuk games komputer, tentu ini membuat anak-anak menjadi hidup sendiri, bermain didepan laptop atau komputer. Secara perlahan permainan dizaman sekarng merusak tingkat percaya diri anak untuk bergaul dengan orang lain.

Okeh kita lanjut ke topik kita hari ini, gasing. Menurut sumber dari Terengganu, gasing berasal daripada permainan memusing buah berembang. Buah berembang berbentuk bulat, licin dan agak leper. Buah yang mudah ditemui di pesisir pantai ini selalu digunakan oleh ahli silat sebagai satu latihan untuk menguatkan tangan. Di setengah tempat, buah berembang juga dikenali sebagai buah perepat (sonneratia alba).

Foto Pribadi: Bentuk-bentuk gasing

Buah berembang ini juga dijadikan sebagai permainan. Dalam permainan buah berembang, buah ini akan dipusingkan dengan menggunakan tangan. Buah berembang yang berpusing paling lama dan paling ligat dikira paling gah dan pemusingnya dianggap sebagai pemenang.

Foto Pribadi: anak-anak bermain gasing

Gasing dicipta berdasarkan bentuk buah berembang. Perkataan gasing berasal daripada gabungan dua perkataan iaitu ‘gah berpusing’. Gah dalam istilah permainan gasing bermaksud berpusing dengan ligat dan tegak.

Sejumlah daerah memiliki istilah berbeda untuk menyebut gasing. Masyarakat Jawa Barat dan DKI Jakarta menyebutnya gangsing atau panggal. Masyarakat Lampung menamaninya pukang, warga Kalimantan Timur menyebutnya begasing, sedangkan di Maluku disebut Apiong dan di Nusatenggara Barat dinamai Maggasing. Hanya masyarakat Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Barat, Tanjungpinang dan Kepulauan Riau yang menyebut gasing. Nama maggasing atau aggasing juga dikenal masyarakat Bugis di Sulawesi selatan. Sedangkan masyarakat Bolaang Mongodow di daerah Sulawesi Utara mengenal gasing dengan nama Paki. Orang Jawa Timur menyebut gasing sebagai kekehan. Sedangkan di Yogyakarta, gasing disebut dengan dua nama berbeda. Jika terbuat dari bambu disebut gangsingan, dan jika terbuat dari kayu dinamai pathon.